
"Saat petir pertama, Aryadi langsung berniat mematikan radio komunikasi yang dibawa ke lokasi. Bahkan, saya mendengar Aryadi berucap 'matiin dulu radio, takut kena petir'. Ketika tangannya memegang radio tersebut, petir kedua langsung menyambar," ungkap salah seorang korban selamat, Lili Mahfudin (32), saat ditemui di ruang IGD RSHS Bandung, Minggu (7/3/2010).
Lili berkisah, korban tewas lainnya yaitu Deni Prasetya (20) saat kejadian berada tepat di hadapan Aryadi. Sementara enam orang lainnya sedang beristirahat sambil duduk membentuk lingkaran. "Jarak saya serta korban selamat lainnya hanya sekitar dua meter dari Deni dan Aryadi," ungkap Lili. "Suara petir itu keras sekali. Duarr..!! Seperti bunyi ledakan granat," tambahnya.
Sementara itu, anggota Wanadri senior, Effendi Soen mengatakan, pihak Wanadri yang berada di Bandung terus menjalin komunikasi dengan para anggota yang berada di Gunung Wayang. Bahkan, saat kejadin petir menyambar, di radio komunikasi itu terdengar suara dari salah anggota muda Wanadri yang akan mematikan radio komunikasi.
"Memang di puncak Gunung Wayang saat itu hujan disertai petir. Selama mereka berada di lokasi, kami yang di Bandung terus memantau kegiatan mereka melalaui radio komunikasi. Bahkan, beberapa saat sebelum kejadian, kami masih berkomunikasi," tutur Effendi.
Namun, kata Effendi, musibah tersebut tak bisa diprediksi.
Kawan-kawan Wanadri yang berada di Bandung, sontak terkejut karena komunikasi tiba-tiba hening. "Salah satu anggota muda Wanadri yang berada di lokasi kejadian, sempat berkata akan mematikan radio komunikasi karena takut terkena petir. Rupanya, pas dimatikan itu, petir menyambar," terang Effendi. Beberapa saat kemudian, salah seorang anggota Wanadri senior yang ikut rombongan, mengabari kejadian naas tersebut.
Sumber Detik.com